Sabtu, 14 Februari 2009

Pernikahan yang Sederhana

Bulan Syawal identik dengan bulan pernikahan. Banyak pernikahan terjadi mengambil momen di bulan ini. Bagi saya menghadiri undangan pernikahan ibarat memperbarui kehidupan dan pernikahan saya sendiri. mengingat di masa belasan tahun lampau dan memperbanyak bersyukur karena Allah mengaruniai keberkahan dalam banyak sisi keluarga saya.
Setiap kali menghadiri undangan pernikahan, yang tampak di depan mata adalah sepasang pengantin yang dihias cantik, senyum orang tua, dekorasi indah dengan hiasan bunga-bunga, makanan yang berlimpah ruah disertai gubug aneka menu yang mengundang selera, pager ayu dan pager bagus yang muda dan cerah ceria, foto-foto pengantin yang dicetak besar dan memenuhi sisi-sisi gedung walimah, tamu undangan yang berdandan istimewa, kilatan cahaya kamera di sana-sini, senandung musik penghibur telinga dan sovenir mungil yang bisa jadi pengenang. Tak ada yang salah sebenarnya.
Toh semua juga berharap pernikahan adalah peristiwa yang mestinya terjadi hanya sekali dalam seumur hidupnya. Wajar kalau kemasan acaranya dibuat istimewa dan berbeda konsepnya dengan acara pernikahan yang sudah pernah ada.
Suatu saat saya mengikuti suami menghadiri pernikahan seseorang di luar kota. Subhanallah, jarang saya menjumpai pernikahan yang seperti ini. Begitu khidmat dan sederhana. Mereka memakai halaman samping sebuah masjid di kampung pengantin putri. Dengan bangku kecil yang dijajar, mereka membuat panggung untuk tempat pelaminan.
Di belakangnya adalah dekorasi yang dibuat oleh teman-teman mahasiswanya. Mereka memesan makanan kardus dari katering yang biasanya melayani makan anak kost di kota tempat mereka kuliah. tamu-tamu duduk sejajar, tak ada yang makan sambil berdiri. Mereka merasa setara karena tak ada yang dandan ngejreng dan kemilau perhiasan emas yang menarik. Pengantin diantar oleh becak ketika meninggalkan tempat acara dan pulang menuju rumah orang tua. Tak ada yang mubadzir. tak ada pula yang merasa tak dihormati, baik oleh tuan rumah atau oleh sesama tamu yang datang.
Pernikahan adalah ibadah. Sesungguhnya Rasulullah saw pun pernah berpesan agar pernikahan itu tak hanya mengundang tamu orang kaya dan melupakan yang miskin. Sehingga, sesungguhnya pernikahan bukanlah ajang menampakkan gengsi dan kesuksesan seseorang karena kemilaunya acara pernikahn yang ia selenggarakan. Bahkan ada yang menunda pernikahan karena mengumpulkan dana untuk menyelenggarakan pernikahan yang istimewa.
Bukankah menunda pernikahan tanpa waktu yang tegas justru akan memungkinkan datangnya fitnah?
Pernikahan juga bukan ladang bisnis bagi penyelenggaranya. dhitung modalnya sekian dan balik modal dari sumbangan yang datang dari para undangan mestinya sekian. Terkadang sempat terfikir di benak orang tua saat menikahkan anaknya adalah saat ia mengumpulkan lagi sumbangan yang pernah ia berikan ke orang tua yang terdahulu menikahkan anaknya. Bukankah Islam mengajari kita untuk berfikir ikhlas, bertindak dan berkata dengan ikhlas juga?
Maka, menjasederhana...dikan pernikahan sebagai satu ibadah yang tidak memberatkan mestinya adalah keniscayaan. Wajar bila orang tua ingin memuliakan para tamu, wajar pula orang tua ingin menampakkan keindahan dalam setiap jenak kehidupan anaknya. Tetapi itu tak mesti membuat
kita memicingkan mata ketika kita menghadiri pernikahan yang sederhana....

Tangisan Ketabahan Wanita


Jika seorang wanita menangis dihadapanmu,
Itu berarti dia tak dapat menahannya lagi.


Jika kamu memegang tangannya saat dia menangis,
Dia akan tinggal bersamamu sepanjang hidupmu.


Jika kamu membiarkannya pergi,
Dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi dirinya yang dulu.
Selamanya....


Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Kecuali didepan orang yang amat dia sayangi, dia menjadi lemah...


Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Hanya jika dia sangat menyayangimu, dia akan menurunkan rasa egoisnya.


Lelaki, jika seorang wanita pernah menangis karena mu,
Tolong pegang tangannya dengan pengertian.


Dia adalah orang yang akan tetap
bersamamu sepanjang hidupmu.

Lelaki, jika seorang wanita menangis karenamu.
Tolong jangan menyia-nyiakannya.


Mungkin karena keputusanmu, kau merusak
kehidupannya.


Saat dia menangis didepanmu,
Saat dia menangis karnamu,


Lihatlah matanya....


Dapatkah kau lihat dan rasakan sakit yang
dirasakannya?




Pikirkan....


Wanita mana lagikah yang akan menangis
dengan murni, penuh rasa sayang,
Didepanmu dan karenamu......


Dia menangis bukan karena dia lemah
Dia menangis bukan karena dia
menginginkan simpati atau rasa kasihan


Dia menangis,
Karena menangis dengan diam-diam
tidaklah memungkinkan lagi.


Lelaki


Pikirkanlah tentang hal itu


Jika seorang wanita menangisi hatinya untukmu,
Dan semuanya karena dirimu.


Inilah waktunya untuk melihat apa yang telah
kau lakukan untuknya,
Hanya kau yang tahu jawabannya....


Pertimbangkanlah


Karena suatu hari nanti
Mungkin akan terlambat untuk menyesal,
Mungkin akan terlambat untuk bilang 'MAAF'!!

Minggu, 28 Desember 2008

Syarat Sebelum Nikah


Syarat sebelum menikah.
1. Harus sudah kenal dgn pasangan anda.
Masuk akal nggak neh? Nggak mungkin kan menikah dengan orang yang kita belum kenal. Minimal tau nama deh,.. Datuk maringgih dan siti nurbaya yang di jodohin aja udah saling kenal. Tapi kenal ini memang bisa jadi bumerang jg. Buktinya karena kenal, siti nurbaya menolak untuk nikah dengan Datuk maringgih. Syarat ini HARUS dimiliki sebelum menikah. Kalo udah kenal lama terhadap pasangan dan keluarga pasangan, itu lebih bagus lagi. Proses menuju pernikahan akan lebih lancar,..
2. Sudah pernah ngobrolin tentang pernikahan dengan pasangan dan Berani untuk bertanya ato menjawab pertanyaannya.
Nggak lucu kan kalo tiba2 lo pulang ke rumah langsung di suruh duduk di pelaminan. Minimal hubungan yang sedang/akan lo jalin dengan pasangan lo sudah mempunyai arah. Komunikasi adalah kuncinya. Siapa tau yang pengen nikah itu cuma lo doang hahahaha,..
Jd komunikasikan terlebih dahulu setelah anda kenal dengan pasangan anda,..
Awal dari obrolan itu kira2 seperti ini,
sayang, kapan kita mo nikah? ato sayang kamu mo nikah ama aku nggak? ato Nak, kapan kamu mau nikah? dan yang perlu di waspadai adalah heh! kapan lo mo nikahin anak gue??!!?
Sebelum ada percakapan ke arah itu, pasti awalnya dari sebuah pertanyaan. Dari anda ato dari pihak pasangan. Kumpulin semua keberanian untuk menjawab ato bertanya ke pasangan anda.
3. Mempunyai rasa sayang terhadap pasangan anda, dan mengerti tentang dia.
Nikah dengan orang yang tidak kita sayangi tu pasti sucks. Untuk nikah, WAJIB mempunyai rasa sayang. Dan ngertikanlah pasangan anda. Karena memang tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Dengan rasa sayang, mungkin pengertian itu jadi lebih masuk akal. Tapi kata om gue yah, nikah aja dulu. Ntar rasa sayang itu nyusul. Masa seh? emang ada gitu? kalo memang ada seperti itu, ya skip aja point ini dan lanjut ke point berikutnya.
4. Mempunyai income pribadi untuk hidup dan duit untuk nikah.
Kalo nikahnya biaya pribadi, biasanya rasa memiliki hubungan itu menjadi semakin tinggi. Dari pada dibayarin bonyok lu nikah. Rasa memilikinya menjadi kurang. Bukan berarti kalo nikah dibayarin itu jadi tidak harmonis yah. I mean come on,.. duit sendiri rasanya lebih afdol getoh,..
Nah ada teman gue yang udah nikahnya di bayarin bonyok, trus biaya kehidupan bulanannya juga di bayarin bonyoknya. Jangan ampe gitu deh. Tunjukkan kalo kita si pasangan yang sudah nikah itu mampu untuk berdiri sendiri. Umumnya kalo udah nikah tu yah, rezeki jadi lebih lancar. Terbukti dengan beberapa teman di lingkungan gue. Tapi ada juga yang tidak mau menikah karena belum mapan. Aih,.. kalo nunggu mapan mah ntar ce/co lu di ambil orang!!! Masih mending orang nggak jadi/mau nikah karena nggak ada duit. Karena kalo nggak ada duit itu masih ada solusinya. Tapi kalo belum mapan? ck ck ck ck,.. ampe kiamat jg manusia nggak bakal mapan2 kaleee,… come on,..
Mulailah untuk menabung. Siapa tau kalo nggak jadi nikah, tabungannya kan bisa buat naek haji getoh,..
5. Menikah dengan niat yang baik dan Komitment yang mantabz
Sebelum menikah kita juga perlu niat, tujuan dan komitment. Karena kalo nikah dengan niat yang jelek, bisa2 ntar rumah tangganya jadi berantakan. Nggak mungkin kan kita nikah karena mo mamerin pasangan ke temen2 kantor ato temen2 nongkrong. Ato tujuan nikahnya nggak begitu jelas juga bisa membuat hubungan rumah tangga jadi jelek. Kenapa? karena waktu antar pasangan sedang berantem, biasanya kata2 ini keluar “gue nikahin lo karena gue kasihan ama lo tau nggak!!!”. Yeah,.. alasan di awal itu akan keluar dengan sendirinya. Sangat menyakitkan pasangan anda apabila dia tau anda tidak nikah dengan tujuan yang jelas. Nah dengan ber komitmen, kita bisa menerima pasangan dengan apa adanya. Apabila dia sudah tidak cantik lagi, dengan berpegang terhadap komitment kita masih bisa tetap untuk mau melihatnya. Apabila mempunyai keturunan yang cacat, dengan komitment, kita masih bisa menerima cobaan tersebut dengan lapang dada,.. Alasan untuk menikah itu di awal aja, setelah menikah ya berkomitmen lah yawww,..
Temen gue ada yang bilang gini.
Dalam hubungan itu yah, si wanita cukup mempunyai perasaan cinta yang kecil, tapi pengertian yang besar. Sementara si co, harus mempunyai perasaan cinta yang besar tapi pengertian yang kecil. Kenapa? wah gue juga nggak tau kenapa, waktu lagi ngobrolin masalah ini tiba2 teman gue yang bilang itu dapet telp dari bosnya,..
Tapi menarik juga untuk di pikirin kan?
Setelah syaratnya udah terpenuhi, sekarang nentuin hari H nya. Biasanya dalam proses ini bakal ada deh beberapa cobaan.
1. Orang tua tidak setuju
Nah kalo orang tua tidak setuju, coba cari informasi lebih jauh kenapa2nya. Karena, tantangan sebelum menikah itu yah meyakinkan calon mertua untuk menerima anda. Apabila udah mentok, ya kawin lari aja deh. Ntar kalo udah punya anak, mertua lo bakal deket lagi ama lo. Orang tua mana yang nggak mau liat cucunya? Bener nggak?

2. Di pecat dari pekerjaan
Dont worry be happy,.. Lo mo nikah geto loch,.. kan gue udah bilang di atas tadi,.. Kalo udah nikah itu yah, rezeki nya jadi lebih luas,.. jadi nggak usah takut, dan jangan bikin ini jadi alasan.
3. Beda agama
Hal ini masih sering terjadi sebelum proses nikah. Pasangan akan keukeh dengan agama yang di percayainnya, sementara orang tua menuntut untuk se-iman. Kalo ini berat neh,.. gue nggak tau harus gimana,.. Tapi aneh jg yah kalo udah mo nentuin hari H, baru nyadar kalo pasangannya ternyata beda agama,.. hehehe,..
4. Perasaan cinta itu tiba2 hilang. Ato si pasangan ketauan belangnya
Tinggalin aja deh. Cari yang baru lagi. Jodoh mah nggak bakal kemana2,..
5. Ternyata pasangan anda satu jenis kelamin dengan anda
Cinta dan kasih sayang itu nomer satu. Jenis kelamin nomer dua,..
Hmm,.. apa lagi yah,..
Cuma itu yang kepikiran ama gue,..
ada yang mo nambahin nggak?
Owh iya!!
Teman gue juga ada yang bilang gini,
Bay, mencari pasangan buat nikah itu sama seperti mo beli rumah. Kita nyarinya yg nyaman buat kita kan,..
Hmm,.. nyaman,..
Dalam beberapa kasus seh bisa aja. Tapi gimana kalo ternyata sertifikat tanahnya palsu? hehehe u know what i mean,..
Masih ada juga seh beberapa teman2 gue yang terlalu banyak mikirin nikah… Semakin dipikirin, semakin pusing dan bingung. Kenapa nggak ambil satu keputusan, dan pertanggung jawabkan keputusan itu.
Sederhana kan?

Malukah Kita, Jika Ternyata Mereka Bisa?


Malukah Kita, Jika Ternyata Mereka Bisa?
Adzan dzuhur memang masih sekitar lima belas menit lagi menjelang. Sebuah masjid di salah satu kawasan sarat penduduk di pusat ibu kota itu kini perlahan mulai diisi satu persatu jamaah yang tinggal di sekitarnya.
Dari kejauhan seorang bapak tua nampak berjalan dengan langkah tergopoh mendorong sebuah gerobak tua menuju pekarangan masjid. Puluhan bekas minuman gelas mengisi hampir seperempat bak gerobak tersebut. Sesaat kemudian ia memarkir gerobak tuanya di salah satu sudut pekarangan masjid.
Aku masih memperhatikannya ketika ia mengambil sebuah bungkusan dalam kantong hitam yang ia gantung di bagian belakang gerobak tersebut. Kemudian ia membawanya ke arah kamar mandi masjid dan hilang dalam pandangku.
Matahari di hampir penghujung bulan oktober ini alhamdulillah sudah agak semakin akrab denganku di ibu kota ini. Laporan cuaca memang menyebutkan bahwa akhir-akhir ini cuaca kota Jakarta sedang agak bersahabat dengan para penduduknya. Tidak begitu panas seperti biasanya.
Adzan dzuhur kini berkumandang, menggema mengisi relung-relung penjuru dunia. Bapak tua tadi kini terlihat kembali, meskipun terus terang telah membuatku sedikit terperangah kaget dengan penampilannya. Tak ada lagi baju kumal yang ia kenakan beberapa saat yang lalu ketika aku melihatnya. Kini, sebuah baju koko berwarna putih, meskipun sudah agak lusuh, melekat di tubuh tua-nya, lengkap dengan sebuah kain sarung bercorak kotak-kotak berwarna biru.
Hingga sesaat kemudian semua itu berlalu ketika kami memenuhi panggilan suci untuk bersama mengagungkan asma-Nya dan takbir dan shalat kami.
Usai shalat sunnat ba'da Dzuhur, aku kembali memperhatikan bapak tua itu yang kini duduk bersila disudut sana. Ia masih terlihat khusyuk dengan kedua tangannya yang kini menengadah di depan dadanya.
Dalam hati terus terang sungguh aku merasa malu saat itu. Ketika semakin lama semakin aku perhatikan ia. Ia yang dengan kondisi seperti itu ternyata masih bisa mempersiapkan diri lebih baik untuk menghadapkan jiwanya serta mempersembahkan shalat terbaiknya ketika panggilan shalat mulai berkumandang.
"Namun bagaimana dengan kita?"
Aku menundukkan kepalaku ketika teringat semuanya.
Terkadang, bukankah kita yang ternyata padahal lebih banyak kesempatan untuk bisa mempersiapkan diri dan mempersembahkan ibadah terbaik kepada-Nya justru malah seringkali melalaikannya?
Berbagai alasan seringkali kita pergunakan sebagai sanggahan-sanggahan atas tanya hati kecil kita, ketika is bertanya mengapa. Pekerjaan yang tanggung ataukah tidak enak menolak ajakan rekan kerja untuk makan siang bareng, telah menjadi salah satu dari sekian banyak alasan yang ada daripada kita menggunakan waktu untuk bisa melaksanakan sholat kita tepat di awal waktu.
Sungguh, aku rasa ketika Alloh pertemukanku dengan bapak tua tadi telah menjadi sebuah pukulan telak yang tidak hanya membuatku malu, namun semoga juga menjadikanku semakin tersadar atas semua hikmah daripadanya.
Aku memandangi sebuah tulisan arab di dinding masjid sana yang tertulis rapi, dikutip dari penghujung di ayat ke 103 surrat An Nisaa,
"... Innasholaata kaanat 'alal mu'miniina kitaaban maukuutaa"
"... Sesungguhnya shalat itu kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman".
Namun, ternyata meskipun tulisan itu terpampang jelas disana, masih saja kita terkadang lupa dibuatnya. Bahkan yang membuat diri ini sedih, ketika dengan yakinnya sebagian orang dari saudara kita menyanggah bahwa shalat tepat waktu itu tidak berarti melaksanakannya di awal waktu.
Padahal, aku kira seandainya alasan-alasan mereka akan semua hal itu, masihkah berlaku ketika kita mencoba menanyakan pada hati kecil kita, "Masihkah kita bisa menjamin akan usia bisa sampai pada saat dimana kita mengakhirkan waktu shalat tersebut?"
Jika memang ternyata bapak tua tadi dengan segala aktifitasnya ternyata masih mampu untuk mempersiapkannya lebih baik dalam beribadah kepada-Nya, masihkah ada rasa malu ketika kita mengingatinya atas diri kita sendiri?
Wallahu'alam bish-shawab.

SAAT CINTA TERBENTUR ORANG TUA

SAAT CINTA TERBENTUR ORANG TUA

Dari judulnya, keliatannya kita lagi mau bicara tentang tema film India yang selalu bikin facing antara Pacar dan Ortu. Kayaknya emang begitu, tapi ada beda pada hasilnya nanti, baca aja selanjutnya.

Kalau kita sedang suka, jatuh cinta, ada kasih, falling (dan bahasa lainnya) ama seorang wanita (gua lebih suka menyebutnya wanita daripada perempuan), dan kita berpikir untuk melanjutkan hubungan lebih jauh, biasanya kita akan berusaha semampu mungkin untuk merealisasi "cerita India" itu. Abis, "ia" begitu indah, begitu mengharukan dan romantis, bahkan gak berlebihan kadang punya efek langsung pada kesehatan dan sikap kita sehari-hari.

DEMIKIAN INDAHNYA Masalahnya berlanjut ketika kita sadar bahwa KITA HIDUP DALAM TATANAN MASYARAKAT ASIA, DIMANA PERAN ORANG TUA SEDIKIT BANYAK MASIH MEMPUNYAI KEPENTINGAN DALAM DIRI KITA, BAHKAN KADANG PERAN MASYARAKATPUN IKUT MENENTUKAN. Itu sebabnya dalam banyak undangan dan dekorasi pernikahan banyak ditemukan berseliweran kata-kata "Mohon doa restu", dimana tradisi kayak gini gak kita temukan dalam masyarakat Barat (Barat disebutkan di sini bukan berarti wah, ini cuma perbandingan fenomena).

Dalam beberapa orang, percintaan sering gak berjalan dengan mulus karena faktor yang baru disebut di atas. Sebuah keberuntungan kalau kekasih anda diterima apa adanya oleh orang tua dan (mungkin) masyarakat anda, namun ketika sebaliknya terjadi gimana?

Beberapa teman saya kasih saran, coba dong didialogkan kembali dengan orang tua dengan baik-baik, dicarikan jalan keluarnya. Itu betul jika kemudian orang tua dapat menurunkan "standar permintaannya", namun BAGAIMANA KETIKA MEREKA TETAP BERPEGANG KUKUH DENGAN PENDAPATNYA untuk menolak kekasih anda?

Teman saya nyeletuk, "Orang tua apaan tuh! Masa sih kebahagiaan si anak dihalang-halangi, toh mereka menginginkan sebuah kebaikan (maksudnya pernikahan, suatu institusi yang tentu saja direstui oleh Tuhan)." Yang satu lagi menambahkan, "Apa sih maksud orang tua seperti itu, apakah mereka menginginkan anaknya berpasangan tanpa saling menyayangi?" Si A nyeletuk dengan kasar, "Emang yang mau kawin siapa sih, bokap nyokap loe apa loe, kok jadi dia pada yang repot?" Dan bermacam-macam tanggapan dari teman-teman.

So judulnya di sini adalah PERTENTANGAN, mana yang anda pilih ketika solusi "keinginan" anda terhalang oleh "idealisme' orang tua?

CINTA (SAAT BELUM MENIKAH) BUKAN SEGALA-GALANYA, DIA BISA DATANG DAN PERGI BEGITU SAJA (saya tau kalimat ini pasti tidak disukai oleh banyak orang, khususnya para idealis cinta, tapi itulah realita). Cinta itu, seperti kata pepatah Jawa, timbul hanya karena faktor kebersamaan yang sering. Itu sebabnya Dewa bilang dalam salah satu lirik lagunya, "Beri aku sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa." So, UNSUR TERPENTING PEMBENTUKAN CINTA ADALAH UNSUR "SELALU BERSAMA", itu saja, gak lebih. (Kalau loe deket ama seorang cewek cuma temenan biasa asalnya, kemudian akrab bener, jangan heran kalau kemudian bisa jatuh cinta, itu karena unsur kebersmaan tadi).

Logikanya, KETIKA KEBERSAMAAN ITU HILANG, MAKA HILANGLAH CINTA ITU. Jangan heran jika kita sering menganggap aneh dan gak realistis orang-orang yang selalu mengenang berat kekasih masa lalu kalau hanya untuk dikenang begitu saja dan hanya untuk bahan perbandingan (kecuali kalau mengenangnya cuma buat hiburan aja, itu sih gak bikin rusak). Jangan heran juga kalau orang yang pacaran long distance banyak yang putus hehehehe

Menghilangkan cinta dengan cara menghilangkan kebersamaan, jika itu dilakukan tentunya bukan suatu hal yang mudah. iya khan? Yup, itu benar, ketika anda memutuskan untuk menjauhi sang kekasih, itu memang suatu keputusan yang berat, bahkan tidak berlebihan kalau dibilang itu bisa bikin anda cengeng dan serasa dunia ini hampa (kayak roman picisan). Namun percaya atau tidak, itu satu-satunya proses terapi mujarab hingga saat ini.

Kembali ke masalah ortu. Kita dihadapkan pada dua pilihan sekarang, antara MENURUTI KEINGINAN ORANG TUA UNTUK MEMBONGKAR CINTA KITA dan antara MEMASANG CINTA PADA KEKASIH KITA. Dilema bukan? Kayak si buah Simalakama, duanya-duanya pilihan yang berat.

Mari kita itung-itungan sekarang dengan asas kebesaran jiwa.

Ada satu pernyataan dari seorang bijak ketika menasehati anak didiknya, Si bijak bilang, "PATUTKAH KAMU MENYAKITI HATI ORANG TUA YANG TELAH BERPULUH-PULUH TAHUN MENDIDIK, MENGASUH, dan MEMBIMBINGMU.

Ketika kamu kecil mereka nyebokin kamu kalau buang air, mandiin, menggendong kamu dalam pelukannya selama dua tahun lebih dengan kasih sayang tanpa imbalan? Kemudian semua jasa itu kamu lupakan begitu saja dan kamu balas dengan sebuah protes yang menyakitkan hati mereka? Dan itu kamu lakukan hanya karena seseorang yang baru kamu kenal dalam hitungan satu atau dua tahun? Haruskah kasih sayang berpuluh-puluh tahun itu dimusnahkan untuk kasih sayang katakan, dua tahun!?

Sebuah pertanyaan yang betul-betul dalam dan jelas maknanya jika diterima dengan jiwa yang bersih.

Si bijak kemudian melanjutkan," Nak, kamu masih mau comparing antara cinta si Dia dengan kamu dan cinta orang tua terhadap kamu? Sungguh, tidak balance, ada yang berat sebelah! Jauh dan sangat jauh. Cinta dia kepada kamu, sedikit banyak bertendensi, saya tidak bisa pastikan bertendensi apa, namun cinta mereka (orang tua) terhadapmu, sungguh, saya berani pastikan adalah tanpa tendensi apapun! BAGI ORANG TUA, KEBAHAGIAAN KAMU DI MASA DEWASA SAJA SUDAH CUKUP SEBAGAI KEBANGGAAN DAN KEBERHASILAN ATAS USAHA CINTANYA SELAMA INI UNTUK KAMU. SEDERHANA DAN TANPA TENDENSI!"

"Satu lagi yang mesti kamu pikirkan, dan ini sangat besar artinya untuk ketenangan jiwa kamu, yaitu, ADAKAH KAMU RELA ORANG TUAMU MENINGGAL DUNIA NANTI SEMENTARA DALAM HATINYA MASIH MENYIMPAN PERASAAN SAKIT SAMA KAMU? ADAKAH KAMU RELA MEREKA MENINGGALKANMU UNTUK YANG TERAKHIR KALINYA TANPA SENYUM SAMA KAMU?"

"KECINTAAN DAN KEPATUHAN KEPADA ORANG TUA ADALAH KECINTAAN DAN KEPATUHAN TOTAL TANPA SYARAT, KECUALI SATU, KETIKA MEREKA MENGAJAKMU BERBUAT TIDAK BAIK, ITU SAJA! DI LUAR ITU, ADALAH KEPATUHAN TOTAL."

?DAN JIKA KEDUANYA MEMAKSAMU UNTUK MEMPERSEKUTUKAN-KU DENGAN SESUATU YANG TIDAK ADA PENGETAHUANMU TENTANG ITU, MAKA JANGANLAH KAMU MENGIKUTI KEDUANYA DAN PERGAULILAH KEDUANYA DI DUNIA DENGAN BAIK" [Luqman:15]. Jadi, kalau ortu ngajak ke arah kemusyrikan maka tidak wajib kita mentaati mereka. Hanya saja sebagai anak tetap berkewajiban bergaul dengan baik selama di dunia. Sikap santun harus senantiasa dijaga.

"Aku bisa mengerti, jiwamu sedang bergejolak, sakit menerima kenyataan, bahkan gak menutup kemungkinan kasus-kasus cinta kayak gini bisa bikin orang bunuh diri. Namun inilah dunia dengan permasalahannya, tidak semuanya happy ending, KADANG SEBUAH KEPUTUSAN PAHIT HARUS DIAMBIL UNTUK MENGHINDARI AKIBAT KEPUTUSAN YANG LEBIH PAHIT.

Tidak semua masalah mempunyai solusi happy kayak film-film India, contohnya adalah masalahmu ini. Di sini tidak ada solusi, yang ada cuma opsi, antara tetap meneruskan cintamu ama si dia dan antara kepatuhan terhadap keinginan orang tua."

Kamu mungkin bilang, "Guru, anda begitu mudah menasehati saya, Anda tidak merasakan sedikitpun apa yang sedang saya rasakan." Saya akan jawab, seorang yang bijak adalah seseorang yang bisa mengatur derap emosi jiwa dengan logika, begitu kira-kira yang saya pahami selama saya hidup. Saya menghargai cinta kamu, dan itu merupakan bukti bahwa kamu adalah manusia yang romatik dan penuh cinta, namun permasalahannya di sini adalah, kamu berhadapan dengan cinta lain yang lebih tulus meskipun bagi kamu (sementara ini) cinta tulus orang tua itu bukan cinta tetapi suatu tekanan yang menyakitkan."

"KASIH ORANG TUA KEPADA ANAKNYA TAK AKAN HABIS, NAMUN ITU BUKAN ALASAN BUAT KAMU UNTUK MENYAKITINYA, PAHAMI ITU SEBAGAI CINTA DAN KASIH YANG ABADI."

Si anak didik memotong, "Kebanyakannya, orang tua bisa menerima kita setelah kita punya anak, itu khan artinya nanti bisa kembali damai kalau saya tetap meneruskan keinginan mengawini kekasih saya."

Sang Guru menjawab, " Ya, ada beberapa yang seperti itu, namun, jika itu mungkin bisa terjadi kepada kamu juga. Tetapi JIKA ITU TETAP KAMU LAKUKAN, KAMU TELAH MENINGGALKAN SEDIKIT NODA DALAM JIWA MEREKA DAN ITU SUDAH CUKUP SEBAGAI NILAI MINUS KAMU DI JIWA MEREKA. Itu pun kalau mereka kemudia memaafkanmu setelah mereka melihat cucu. Permasalahannya, apakah kamu yakin bahwa mereka suatu saat nanti mereka dapat memaafkan? jika ternyata tidak hingga akhir hayat mereka, kamu akan dihantui dengan perasaan tidak tenang dan rasa bersalah di saat mereka tidak ada lagi. Sungguh Nak."

"Sekali lagi, CINTA KAMU DENGAN DIA SEBELUM PERNIKAHAN, BUKAN SEGALANYA, SEKALI LAGI BUKAN SEGALANYA. CINTA SEMACAM INI MASIH BISA DATANG DAN PERGI, BERBEDA DENGAN KASIH DAN CINTA PASCA PERNIKAHAN, tidak begitu mudah untuk create cinta baru yang lain, karena ia sudah dilandasi dengan aspal baru, yaitu aspal TANGGUNGJAWAB DAN KOMITMEN, karena pernikahan adalah suatu perjanjian bernilai sakral abstrak yang harus diperjuangkan, meskipun dengan nyawa. KEHIDUPAN CINTA PASCA PERNIKAHAN ADALAH KOMITMEN PRIBADI DUA ANAK MANUSIA UNTUK TETAP MENJAGA SEBISA MUNGKIN AGAR TIDAK RETAK, MESKIPUN ITU HARUS DENGAN MENJUAL IDEALISME HARIAN. Sangat berbeda dengan kehidupan cinta sebelum pernikahan, sangat berbeda, yang kayak gini tuh masih bisa dibongkar pasang, masih bisa di-adjust sono-sini, itu realita. Saya tidak katakan cintamu sama dia tidak harus diperjuangkan sama sekali. Yang saya ingin katakan di sini adalah, cintamu dengan seseorang sebelum pernikahan adalah masih bernilai fifty-fifty untuk dipertahankan, ini artinya kamu bisa saja mempertahankan cinta itu, memperjuangkannya, cuma, menurut saya, proporsional dong. Artinya ketika dihadapkan kepada memilih antara dia dan kepatuhan terhadap orang tua, maka di sinilah kamu harus hitung menghitung kayak orang dagang! Yah, semacam usaha untuk lebih relistis."

Si murid mulai ragu dan bertanya, "Jika saya mengikuti orang tua, apakah ini berarti saya pengecut dan tidak berani dalam mengambil keputusan untuk menikahinya, tidak berani dalam memperjuangkan Cinta?" Sang guru: "Anakku, cobalah belajar untuk membedakan antara pemberani dengan si konyol!"

Sang Murid, "Lalu apa yang harus saya katakan kepada si Dia?" Guru, "Berbicaralah apa adanya, bahwa kamu telah berusaha untuk meyakinkan orang tua namun tidak berhasil, dia tentu akan sedih bercampur dengan marah, itu pasti, namun kamu perlu jelaskan juga, bahwa dia tidak sedih dan marah sendiri. Tidak ada orang yang ingin kebahagiaannya rusak dan hancur. Namun tidak berarti juga realita hidup selalu happy ending kayak film India."

Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda, ?BARANGSIAPA MEMBUAT HATI ORANG TUA SEDIH, BERARTI DIA TELAH DURHAKA KEPADANYA." [Riwayat Bukhari]. Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda, ?TERMASUK PERBUATAN DURHAKA SESEORANG YANG MEMBELALAKKAN MATANYA KARENA MARAH. [Riwayat Thabrani].

Semoga Allah menjadikan kita sebagai anak-anak yang dapat MEMPERSEMBAHKAN CINTA, SAYANG, HORMAT DAN BAKTI KITA KEPADA KEDUANYA, HANYA UNTUK SATU TUJUAN: MERAIH CINTA, AMPUNAN, PAHALA DAN RIDHA-NYA.